Ramadhan di Mesir

ramadhan dimesir

Selama yang saya rasakan, menunaikan ibadah puasa Ramadhan di Mesir selalu lebih berkesan dari puasa di tanah air. Banyak alasan yang melatar belakangi kesan ini. Beberapa diantaranya adalah karena saya berada di perantauan sehingga membuat segala sesuatu lebih seru, kemudian suasana Ramadhan yang jauh berbeda dari yang biasa saya alami di Indonesia.

Sejatinya pembahasan tentang Ramadhan di Mesir sudah saya ulas di tulisan yang lalu, tetapi hanya membahas beberapa sub-bab yang sangat jauh dari kata lengkap. Berangkat dari ini, saya akan melanjutkan ulasan tetang Ramadhan di Mesir dengan lebih lengkap, insyaAllah. Semoga bisa menambah wawasan anda, selamat membaca.

Read More

Kedermawanan Orang Mesir

Tingkat kedermawanan orang mesir ketika bulan Ramadhan naik berkali lipat. Mereka sangat mengerti akan keutamaan sedekah di bulan Ramadhan. Semangat mereka dalam berbagi patut diacungi jempol, sangat terasa manfaatnya dan masif. Luar biasa ya?

Saya sangat terinspirasi dengan suasana yang terbangun di masyarakat Mesir ketika bulan Ramadhan. Menurut pengalaman saya, saya bisa membagi kedermawanan mereka kepada tiga hal pokok. Berikut penjelasannya.

Menyediakan Buka

Dalam hal menyediakan buka, orang mesir tidak pernah tanggung-tanggung. Apa yang bisa mereka berikan, diberikan. Ada yang hanya mampu menyedikan kurma dan minuman, ada yang menyediakan kurma dan susu, ada yang menyediakan manisan dan kurma, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyediakan makanan berat selepas sholat maghrib berjamaah.

Biasanya yang menyediakan makanan berat  masjid-masjid yang cukup besar atau sekumpulan muhsinin (orang dermawan) yang membangun semacam terop di pinggir jalan untuk makan.

Nah, pelajar asing seperti saya biasanya mencari makan di masjid-masjid tadi, karena selain tempatnya dekat dari kontrakan, tentu ini lebih menghemat tenaga dan ongkos.

Berbuka puasa di masjid juga menjadi semacam ajang silaturrahmi bagi para pelajar Indonesia di Mesir. Seringnya, ketika menunggu waktu berbuka tiba, saya bertemu dengan kawan yang sudah beberapa minggu tidak bertemu, kemudian saling bertukar kabar dan bercerita aktivitas yang sedang dijalani.

Makan berat selalu disediakan selepas sholat maghrib, biasanya sehabis sholat langsung menuju belakang masjid untuk antri mengambil makan. Menu yang dihidangkan juga berganti-ganti, terkadang ayam bakar Mesir, olahan ati sapi, dan daging.

Baca Juga  Contoh Materi Kultum Singkat Tentang Syukur dan Ayat yang Menjelaskan

Waktu berbuka puasa selalu menjadi hal yang dinanti oleh pelajar seperti saya, bukan hanya karna akan melepas dahaga selepas puasa, tetapi juga karena menjadi ajang silaturrahmi yang tidak terduga dan mendapat makanan cuma-cuma.

Memberi Santunan

Sekilas, ini hal yang sepele, tetapi sejatinya ini sangat membantu perantau seperti saya. Santunan yang saya maksud di sini adalah berupa bahan-bahan kebutuhan pokok, kita sering menyebutnya sembako. biasanya berisi beras, minyak goreng, tepung, macam-macam mie dan kacang-kacangan.

Santunan ini sangat terasa manfaatnya bagi palajar rantau seperti saya, ini dikarenakan bisa menekan angka belanja rumah. Bahkan tidak jarang sembako-sembako itu masih tersisa hingga dua bulan setelah bulan Ramadhan berlalu, bisa dibayangkan berapa banyak mereka memberi santunan.

Berbagi Tunjangan

Ini dia hal yang sangat saya sukai, hehe. Berbicara mengenai tunjangan, tentu yang ada di benak anda pertama kali adalah sejumlah uang yang diberikan secara cuma-cuma kepada anda oleh pihak manajemen, baik pemerintahan atau swasta dalam moment tertentu, contohnya moment lebaran dan akhir tahun.

Begitu juga yang saya maksud di sini, hanya bedanya saya di sini tidak terikat dengan apapun selain status sebagai pelajar, yang artinya saya mendapatkannya benar-benar secara cuma-cuma. Tidak ada syarat yang mengikat atau mengharuskan melakukan pekerjaan.

Hal yang harus saya lakukan untuk mendapatkannya adalah mencari informasi tentang pembagian uang dan pergi ke tempat itu, just it, tidak lebih.

Informasi terkait pembagian uang ini biasanya disebar melalui media komunikasi Whatsaap dan Facebook. Biasanya informasi seperti ini menyebar mulai 20 hari terakhir Ramadhan, dan penyebaran informasi seperti ini layaknya angin, sangat cepat dan meluas.

Bagi orang yang memang berniat mengumpulkan tunjangan dalam bulan Ramadhan, pendapatannya bisa mencapai 800-900 pound. Angka ini, untuk ukuran pelajar bisa untuk hidup satu bulan penuh tanpa kiriman dari orangtua. Tentu sangat membantu, hitung-hitung untuk menabung.

Tarawih dan I’tikaf

Mengulas tentang Ramadhan tentu tak lengkap bila belum membahas tentang tarawih dan i’tikaf. Tarawih di Indonesia hampir identik dengan sholat yang cepat, diselingi dengan kultum singkat dan ditutup dengan witir. Bagi anak-anak kecil, sholat tarawih dijadikan ajang untuk berkumpul, untuk kemudian bermain di halaman masjid.

Di Mesir, saya dapati hal yang jauh berbeda. Suasana sholat terasa lebih khidmat dan khusyuk. Saya akan coba mengulasnya melalui sub-bab di bawah ini.

Baca Juga  5 Jenis Makanan Iguana yang Sehat, Aman dan Disukai

Jumlah Rakaat dan Durasi Tarawih

Jumlah rakaaat sholat tarawih di Mesir sama dengan di Indonesia, ada yang 23 rakaaat dengan witir, ada yang 11 rakaat dengan witir. Rata-rata masyarakat sholat dengan yang 11 rakaat. Tetapi yang menarik adalah, ketika pelaksanaan sholat tarawih, jarang dari mereka yang pulang di tengah jalan. Hampir selalu saya dapati mereka sholat hingga benar-benar selesai.

Memang, di Indonesia juga banyak masjid seperti itu. Tetapi yang garis bawahi di sini adalah para anak mudanya. Tak jaranag saya dapati anak muda hanya sholat 4-6 rakaat kemudian pergi. Lain halnya dengan Mesir, anak mudanya cenderung lebih mengerti dan melaksanakan sholat tarawih hingga akhir.

Ada satu hal mendasar yang membuat shalat tarawih di Mesir berbeda dari Indonesia. Durasi shalat.

Durasi shalat tarawih di Mesir sangat jauh berbeda dengan kebiasaan kita di Indonesia. Selama pengalaman saya, durasi shalat tarawih di sana sekitar 40-50 menit, bila ditambah dengan sholat isya bisa dikira-kira sekitar 1 jam 10 menit. Kebiasaan kita di sini hanya shalat sekitar 25-30 menit, itu pun sudah termasuk shalat isya.

Ini yang sebetulnya saya sayangkan. Seharusnya kita sebagai ummat muslim memahami dengan baik agamanya dan mengamalkannya, bukan hanya sekedar mengetahui tanpa menindaklajuti di kehidupan sehari-hari. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk selalu istiqomah di jalan yang Allah ridhoi. Amiin.

Bermacam-Macam Bacaan.

Ini yang membuat saya kagum dari pelaksanaan sholat tarawih di Mesir. Sebagian masjid, mempersilahkan imam untuk berganti-ganti bacaan dalam shalat. Misal, hari ini dengan bacaan imam Hafsh, besok dengan Warsy, besoknya lagi dengan Nafi’ Al-Madany.

Tentu ini menjadi kesan tersendiri buat saya, tidak salah memang Mesir mendapat julukan Ahlul Qur’an.

I’tikaf

Untuk masalah i’tikaf, sebenarnya tidak berbeda terlalu jauh dengan kita di Indonesia. Pelaksanaannya di mulai tepat 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Hanya mungkin yang berbeda adalah antusiasme masyarakat Mesir, seperti yang sudah saya jelas kan sebelumnya.

Puncaknya biasanya terjadi pada malam-malam ganjil akhir, 25,27,29 Ramadhan. Biasanya karena tingginya antusiasme masyarakat masjid sampai tidak muat menampung jamaah yang akan sholat tarawih dan i’tikaf.

Begitulah sedikit banyak gambaran Ramadhan di Mesir, sekali lagi, semoga tulisan bermanfaat untuk anda.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.