Pantun : Pengertian, Asal-Usul dan Peranannya dalam Kehidupan Masyarakat

pantun
pantun

Pantun – Setiap negara biasanya memliki cara penyampain puitik untuk mengungkapkan keindahan alam, perasaan, tanggapan dan pikiran mereka.

Seperti misalnya orang Jepang mempunyai tanka dan haiku, yaitu sebuah bentuk puisi pendek dan ringkas dengan aturan tertentu. Orang Eropa seperti Italia, Perancis, Inggris memiliki soneta dan kuatrin.

Read More

Orang Persia mempunyai rubiyat dan ghazal, yakni bentuk puisi empat baris yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dan orang Melayu memliki pantun sebagai salah satu bentuk pengekpresian mereka.

Masih ingatkah kamu apa itu pantun? Bagaimana perannya dalam kehidupan? dan bagaimana asal-usulnya? semua pertanyaan itu akan coba saya jawab melalui tulisan ini.


Pengertian Pantun


Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat dikenal oleh masyarakat Melayu. Seperti halnya syair dan gurindam, penyebaran pantun begitu cepat dan luas hingga ke seluruh Nusantara. Pantun diambil dari kata patuntun yang dalam bahasa Minangkabau berarti pentuntun.

Dalam bahasa Jawa, pantun lebih dikenal dengan nama parikan. Lain lagi masayarakat Sunda menyebutnya paparikan, dan orang Batak memberi nama umpasa (red:uppasa).

Dalam pantun, lazimnya terdiri dari 4 baris dimana setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. Setiap baitnya diakhiri dengan pola a-b-a-b atau a-a-b-b. Berbeda dengan puisi, biasanya pantun tidak memiliki nama penulis. Ini dikarenakan pada zaman dulu pantun hanya diucapkan tanpa pernah ditulis.

Bentuk pantun terdiri dari dua bagian, yaitu baris pertama yang disebut sampiran dan baris ke dua yang disebut isi. Sampiran berperan sebagai pembayang dari yang ingin disampaikan, sedangkan isi merupakan makna atau gagasan yang hendak disampaikan.

Di dalam sampiran biasanya menggambarkan alam atau lingkungan, adat istiadat, sistem kepercayaan dan pandangan hidupnya. Sebagai salah satu jenis puisi lama yang mudah diingat dan dinyayikan, banyak yang berpendapat bahwa hubungan antara sampiran dan isi dari pantun hanyalah sebatas persamaan bunyi. Penjelasan tentang sampiran dan isi akan saya bahas dibawah.

Meskipun secara umum bait pantun terdiri dari 4 baris, tidak jarang ada yang terdiri dari 6 atau 8 baris. Pantun jenis ini disebut dengan pantun talibun. Sedangkan pantun yang terdiri 4 baris disebut dengan pantun karmina


Sejarah Pantun


Tidak banyak yang diketahui tentang asal-usul dan dasar apa pantun dibentuk. Begitu juga dengan arti kata-kata dari pantun yang sebenarnya. Tulisan tertua yang ditemui dan memulai menyebut pantun sebagai salah satu bentuk sajak adalah syair-syair tasawuf Abul Jamal, yaitu seorang penyair dan sufi Melayu yang hidup pada abad 17 m di Barus.

Dia merupakan murid dari Syekh Syamsudin Pasai. Syair yang ditulis oleh Abdul Jamal itu disebut dengan bandun, bantun dan lantun. Dalam syair tersebut, pantun diartikan sebagai puisi yang dilantunkan secara spontan untuk menghibur, menyindir dan berseloroh.

Di beberapa daerah nusantara seperti Sasak di Lombok dan Madura di Jawa Timur, pantun mempunyai arti nyanyian. Masyarakat Madura menyebut orang yang menyanyikan sajak dengan apantun (berpantun). Perkataan dan kebiasaan menyanyikan pantun telah dikenal mulai abad 18 M, yaitu pada saat lembaga-lembaga Islam mulai tumbuh.

Seorang sarjana Belanda abad ke 19, De Hollander dalam bukunya yang berjudul Handleideing bij de beofening der Maleische taal en letterkunde (1893) mengatakan bahwa pantun merupakan sebuah lirik yang dinyanyikan. Dia menyebutkan bahwa sebagian besar pantun berisi tema percintaan yang dibacakan atau dinyanyikan secara spontan.

Pendapat ini dia kemukakan setelah membaca dua hikayat Melayu, yaitu Hikayat Bikrama Datya Jaya dan Hikayat Bujangga Mahaputra. Dalam Hikayat Bikrama Datya Jaya banyak ditemukan kata-kata percintaan seperti ” Segala dayang-dayang pun bersyair dan berpantun dan berseloka”. Hollander mempunyai pendapat bahwa syair berasal dari Arab, seloka berasal dari India dan pantun adalah nyanyian asli Melayu.

Pendapat Hollander ini juga terbukti dengan banyak ditemui pantun Melayu dengan tema pecintaan. Seperti di bawah ini :

Baca Juga  Kode Etik Guru Indonesia, Pengertian, Fungsi dan Tujuannya

Dari mana datangnya linta
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Selain itu, ada juga pantun dari Betawai yang terkenal :

Di sana gunung di sini gunung
Di tengah-tengahnya bunga melati
Ke sana bingung ke sini bingung
Dua-duanya menarik hati

Masyarakat Melayu Banjar juga memliki pantun yang kental dengan percintaan :

Apa guna main pelitak
Kalau kadak bersumbu kain
Apa guna bermain cinntak
Kalau tiak berani kawin

Begitu juga dengan pantun Jawa yang menggambarkan pertemuan seorang pemuda dengan gadis setelah lama tidak bertemu :

Suwe ora jamu
Jamu godhong mentimun
Suwe ora ketemu
Ketemu pisan gawe ngelamun

Jika benar tema yang dominan pada awalnya adalah percintaan dan sindiran, lalu sejak kapan tema pantun mengalamai perluasan? Menurut Hollander, pesatnya perkembangan ajaran agama Islam-lah yang telah mengubahnya.

Para ulama dan ahli tasawuf menginginkan pantun tidak hanya mengungkapakan tentang percintaan dan pelipur lara, tetapi juga mengangkat tema-tema sosial dan agama, sehingga diharapkan selain mengandung unsur hiburan juga berisi pendidikan.

Pendapat Hollander diperkuat dengan ditemukannya sebuah risalah tasawuf Hamzah Fansuri Asrar al-Arifin (Rahasia Ahli Makrifat) yang ditulis oleh seorang sufi abad 16 M. Hamzah Fansuri yang hidup pada abad ke 16 M dan murid-muridnya seperti Abdul Jamal mengkritik pantun yang isinya hanya mengungkapkan tema-tema percintaan.

Pun begitu dengan sampiran dan isi yang makin dipertegas aturannya. Sampiran dan isi pantun harus sesuai dengan puitika dan estetika yang diajarkan orang-orang Islam. Dalam Islam, sebuah karangan sastra digambarkan layaknya manusia yang terdiri dari dua zarah yang saling berhubungan, yakni badan dan jiwa/roh. Badan dalam sebuah karangan disebut surah dan jiwanya disebut ma’na.


Sampiran dan Isi Pantun


Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tidak ada yang bisa menjelaskan kapan pertama kalinya pantun muncul. Namun kembali lagi ke risalah tasawuf Hamzah Fansuri Asrar al-Arifin. Dalam risalah tersebut terdapat dua rangkap puisi yang mirip dengan pantun.

Kunjung kunjung di bukit tinggi
Kolam sebuah di bawahnya
Wajib insan mengenai diri
Sifat Allah pada tubuhnya

Nurani hakikat khatam
Supaya terang taut maha dalam
Berhenti angin ombak pun padam
Menjadi sultan kedua alam

(al-Attas 1970:235)

Pantun pertama jelas terdapat pembagian sampiran dan isi. Sampiran berupa penggambaran alam, sedangkan isinya menghasilkan sebuah gagasan. Begitu juga dengan pola sajaknya a-b-a-b, seperti pola pantun pada umumnya.

Ada beberapa ahli, seperti Hooykaas dan Noriah Mohamed yang meyakini bahwa ada makna tersembunyi diantara sampiran dan isi.

Seperti contoh pantun yang terdapat dalam Hikayat Awang Sulung Merah Muda berikut ini. Pantun ini lahir ketika Awang Sulung Merah Muda sedang bersemayam bersama istrinya di atas sebuah peterana. Sang istri bertanya tentang nama-nama pulau yang dilihatnya.

  • Pulau Pandan jauh di tengah
  • Di balik pulau Angsa dua
  • Hancur badan dikandung tanah
  • Budi baik dikenang juga

Sampiran pantun tersebut jelas menggambarkan alam dan isinya mempunyai maksud tersembunyi. Pulau Pandan jauh ditengah memiliki kaitan dengan hancur badan dikandung tanah. Yakni sesuatu yang tersembunyi dari penghilahatan mata. Begitu juga dengan bait kedua, walaupun sudah tiada seseorang akan dikenang dari sifat baiknya.

Namun juga tidak sedikit yang berpendapat, antara sampiran dan isi hanya menyeleraskan bunyi saja. Seperti Stardji Calzoum Bachri (2006) yang berpendapat kalau maksud dari sebuah pantun hanya ada pada sampirannya saja. Sedangkan isinya hanya tambahan yang tidak memiliki arti. Memang banyak ditemui pantun yang seperti itu.


Peran Pantun


# Pantun Sebagai Nilai Estetika dan Cermin Kehidupan

Tema pantun yang mengalami perluasan semenjak hadirnya ajaran Islam, telah banyak mengubah pandangan dan gagasan masyarakat Melayu. Samiran dan isi dalam pantun mencerminkan kehidupan masyarakat Melayu khususnya yang berhubungan dengan estetika, metafisika, sistem sosial dan kekerabatan. Bagi masyarakat Melayu, semua itu saling terkait dan tidak terpisah satu dengan yang lain.

Daillie (1988: 6) mengatakan bahwa pantun menggambarkan kehidupan dan alam orang Melayu dalam sebutir pasir. Di dalamnya terdapat semua unsur kehidupan orang Melayu yang meliputi tanah, kebun, rumah, ladang, sawah, hutan, gunung, pepohonan dan lain-lain. Begitu juga dengan kehidupan sosial yang bersahaja masyarakat Melayu.

Selain itu, pantun juga menjadi media untuk mengekspresikan adat istiadat dan kebiasaan, kepercayaan, kearifan, perasaan terhadap Tuhan, nabi dan sesama manusia.

Baca Juga  Anjing Siberian Husky : Ciri, Perawatan, Cara Mengawinkan

# Pantun Sebagai Pemelihara Bahasa

Sebagai salah satu media pemelihara bahasa, pantun memiliki peran menjaga fungsi kata dan alur berfikir. Pantun mengajarkan untuk berfikir terlebih dahulu sebelum berucap. Selain itu, keterkaitan antara samiran dan isi melatih seseorang untuk berlatih berfikir asosiatif.

# Pantun Sebagai Pembawa Pesan

Kita tahu bahwa setiap bait pantun mengandung sebuah gagasan dan pesan tersembunyi. Baik itu tentang berhubungan dengan alam, Tuhan dan manusia. Pantun juga banyak mengandung nasihat-nasihat bijak tentang kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Penjelasan Ringkas Tentang Pantun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Hooykaas, Harun Mat Piah, Winstedt dan lain-lain, secara sederhana bisa menjelaskan sebagai berikut :

  1. Pantun lazimnya terdiri dari 4 bait dengan pola bunyi a-b-a-b ataua-a-a-a-a. Namun ada juga ber-bait dua, enam, dan delapan.
  2. Setiap baris adalah kesatuan yang terpisah. Dua baris pertama disebut samiran dan setelahnya merupakan isi.
  3. Antara samiran dan isi memilki keterkaitan maksud, namun  tak jarang yang hanya menyelaraskan bunyi.
  4. Tiap baris biasanya mengndung empat kata dasar dengan jumlah kata delapan hingga 12.
  5. Samiran biasanya berisi lukisan alam yang ada di lingkungan sekitar. Menggambarkan citraan-citraan simbolik yang bisa menjelaskan nilai estetik.

Jenis-jenis Pantun Beserta Contohnya


Setelah mengalami perluasan, pantun yang kita kenal sekarang memiliki banyak macam. Berikut ini jenis-jenis pantun yang didasarkan pada kandungan isinya.

1. Pantun Jenaka

Merupakan jenis pantun yang isinya mengandung hiburan. Pantun jenis ini bertujuan untuk menghibur bagi yang mendengarnya. Beberapa contoh pantun jenaka:

Pohon manggis ditepi rawa
Tempat nenek tidur beradu
Sedang menangis nenek tertawa
Melihat kakek bermain gundu

Jangan suka makan mentimun
Karena banyak getahnya
Kawan jangan suka melamun
Karena tidak ada gunanya

2. Pantun Kepahlawanan

Merupakan jenis pantun yang isinya ada kaitannya dengan semangat kepahlawanan. Beberapa contohnya :

Hang JEbat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata

Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak

Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi

3. Pantun Nasihat

Merupakan jenis pantun yang isinya memberi nasihat kepada seseorang, tujuannya tentu menjadikan orang yang mendengarnya berubah sifatnya menjadi baik. Berikut ini contohnya :

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda hingga tua
Ajaran baik jangan diubah

Di tepi kali saya menyingah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Biar selamat dunia akhirat

Parang ditetak ke batang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu

Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata

4. Pantun Teka-teki

Merupakan jenis pantun yang berisi teka-teki atau tebakan. Contoh :

Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung

Burung nuri burung dara
Taman pesisir taman kayangan
Cobalah cari wahai saudara
Makin diisi makin ringan

Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya

5. Pantu Anak

Merupakan jenis pantun yang isinya ditujukan untuk anak-anak. Contohnya :

Di bawa itik pulang petang
Dapat di rumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang

Lebaran Makan Ketupat
Jangan Lupa dengan Dagingnya
Siapa Sering makan Coklat
Hati-Hati Rusak Giginya

Di sana gunung di sini gunung
Di tengah-tengah gunung Rajabasa
Ke sana bingung ke situ bingung
Lebih baik ke sekolah saja.

6. Pantun Dagang

Merupakan jenis pantun yang isinya mengungkapkan keadaan atau nasib seseorang. Berikut beberapa contohnya :

Tudung saji hanyut terapung
Hanyut terapung di air sungai
Niat hati hendak pulang kampung
Apa daya tangan tak sampai

Orang padang mandi di gurun
Mandi berlimau bunga lada
Hari petang matahari turun
Dagang berlinang air mata

Pukul gendang kulit biawak
Sedikit tak berdentum lagi
Hendak kemana untung ku bawa
Sedikitpun tak beruntung lagi

Pantun yang merupakan salah satu khasanah budaya bangsa wajib kita jaga dan lestarikan. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari sejarah dan asal usul serta maknanya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

1 comment

  1. artikel ini sangat membantu saya dalam pengerjaan tugas sekolah saya.
    terimakasih 🙂