Dikutip dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bijak mengandung makna selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir; atau pandai bercakap-cakap. Jadi, kata-kata bijak dapat diartikan sebagai susunan kalimat dari hasil kepandaian atau kemahiran akal budi. Susunan kata-kata tersebut memiliki kekuatan yang menunjukkan kecerdasan sekaligus penilaian atas sebuah kebenaran. Singkatnya, kata-kata disebut bijak karena berupa nasihat, saran, atau petuah yang diharapkan mampu memotivasi atau orang yang membaca atau mendengarnya.
Mengapa Menggunakan Kata-kata Bijak?
Ya, mengapa memakai kata-kata bijak? Kamu pasti setidaknya pernah sekali atau beberapa kali mengambil kalimat bijak dari ucapan atau tulisan seseorang, kemudian memakainya untuk kepentingan tertentu. Entah itu sebagai ungkapan dalam bentuk caption di media sosial, pesan yang kamu kirimkan ke orang lain, ditulis di laman skripsi, atau malah kamu gunakan secara acak saja agar tampak keren.
Setiap orang punya alasan khusus memakai kata-kata bijak. Yang jelas, kalimat-kalimat bijak itu berdampak cukup baik bagi orang yang menggunakannya, membacanya, atau mendengarnya karena dapat memicu semangat, motivasi, atau menumbuhkan harapan sehingga tidak akan mudah menyerah dan berani untuk terus melanjutkan langkah.
Berbagai Jenis Kalimat Bijak
Agak rumit juga kalau mau mengklasifikasikan berbagai jenis kata-kata bijak karena kamu pun bakal kebingungan menentukan kategori semacam apa yang berlaku. Setidaknya, kita dapat membaginya berdasarkan fungsi, segmentasi, dan bahkan siapa yang mengucapkan atau menuliskan kalimat-kalimat bijak tersebut.
Misalnya, kalimat bijak untuk remaja, kalimat bijak supaya lebih tegar menghadapi persoalan hidup, kalimat bijak dari sastrawan, kalimat bijak dari musisi, dan seterusnya. Dengan memahami pengertian kata-kata bijak dan jenisnya itu, kamu akan dapat menggunakannya secara tepat.
Penggunaannya di Era Post-Truth
Apa yang dimaksud sebagai post-truth dan apa hubungannya dengan kalimat bijak? Post-truth merupakan gejala kaburnya fakta-fakta objektif bagi publik. Dimaknai juga sebagai paska-kebenaran dalam konteks politik, yakni budaya yang cenderung mengutamakan emosi dan meninggalkan substansinya. Post-truth hadir bersamaan dengan hoaks yang semakin sering menjadi konsumsi masyarakat. Lantas, apa hubungannya dengan kata-kata bijak?
Coba deh kamu cek di media sosial, entah itu Instagram, Facebook, Twitter, Pinterest, atau bahkan status WA hingga ke chat pribadi atau grup. Yang namanya kutipan dari kalimat-kalimat bijak pasti sering nongol, kan? Lho, apakah hal itu salah? Jelas tidak, kalau yang digunakan memang kalimat bijak yang aslinya memang sesuai sumber mulai dari penggunaan kata-kata hingga sosok atau nama yang dikutip.
Masalahnya, makin banyak orang yang memakai kalimat bijak secara sembarang dan tidak memperhatikan konteks yang tepat. Bahkan, yang sering terjadi adalah kegagalan memahami makna kalimat bijak tersebut. Dan, bukan hal yang aneh kalau biasanya kalimat atau kata-kata yang dikutip pun salah.
Kenapa orang menggunakan kalimat bijak seperti itu? Nah, itulah hubungannya dengan post-truth yang sengaja dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kepentingan khusus dan biasanya ada agenda politik, berupaya mempengaruhi persepsi dan opini publik, dan bahkan sengaja ingin menciptakan kondisi chaos atau ketakutan di masyarakat.
Kesimpulan :
Di zaman sekarang, hal yang ironis adalah penggunaan tidak bijak dari kata-kata bijak. Belum tentu orang yang memakai kalimat itu atau bahkan menggunakannya dalam posisi sebagai public figure sebijak isi dan makna kata-kata yang dipakai. Tidak ada yang salah dari kata-kata bermakna bijak itu karena mereka adalah susunan huruf, kata, dan kalimat yang kalau dibaca atau didengarkan seharusnya menumbuhkan pikiran dan tindakan positif. Bagaimana kita memakainya secara tepat, itu lain persoalan.