Jenis jenis Ikan Lele – Lele yang termasuk ke dalam marga Clarias merupakan salah satu komoditi ikan air tawar yang cukup menjanjikan. Kemudahan dalam pemeliharaannya, membuat banyak petani yang beternak ikan lele dengan cara dibudidayakan.
Selain untuk kebutuhan komoditi, ikan lele juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan konsumsi. Seperti yang kita tahu, rasa daging ikan lele memang cukup enak. Apalagi jika diolah dengan berbagai macam olahan, seperti lele tepung goreng, pecel lele, lele goreng saos padang dan lain-lain.
Saat ini ada 6 spesies ikan lele yang dikembangkan di Indonesia, yaitu:
Clarias batrachus
dikenal dengan ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara) dna ikan pintet (Kalimantan Selatan)
Clarias teysmani
Dikenal dengan lele kembang (Jawa Barat), kalang putih (Padang),.
Clarias melanoderma
Dikenal dengan ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa tengah), wiru (Jawa Barat).
Clarias nieuhofi
Dikenal dengan ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
Clarias loiacanthus
Dikenal dengan ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
Clarias gariepinus
Dikenal dengan lele dumbo, king cat fish berasal dari Afrika.
Dari keenam spesies itu, hanya Clarias batrachus dan Clarias gariepinus yang paling populer dikembangkan di Indonesia. Sedangkan jenis yang lain kurang diminati, bahkan sudah jarang ditemukan.
Dari dua spesies tadi, ada beberapa jenis ikan lele yang dikategorikan unggul (dibudidayakan). Berikut ini kami paparkan jenis jenis ikan lele yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.
Jenis jenis Ikan Lele di Indonesia
Setidaknya ada 5 jenis ikan lele yang populer di kalangan petani untuk dibudidayakan.
1. Ikan Lele Lokal
Jenis ikan lele merupakan yang paling banyak dikenal di masyarakat. Sebelum muncul jenis lele lain seperti lele dumbo, para petani biasa membudidayakan lele jenis ini. Namun kini sudah sangat jarang yang beternak lele lokal karena dianggap kurang menguntungkan.
Tingkat Food Convertion Ratio (FCR) ikan lele lokal sangat tinggi namun tingkat pertumbuhannya sangat lambat. Jelas ini sangat merugikan para pembudidaya. Bayangkan saja, lele lokal yang berumur satu tahun masih kalah besar dengan ikan lele dumbo yang berumur dua bulan!
Lele lokal yang ada di Indonesia terbagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Lele hitam
- Lele putih
- Lele merah
Lele merah dan putih biasanya dipelihara untuk dijadikan ikan hias. Sedangkan jenis lele hitam biasanya dibudidayakan untuk dimakan.
Ikan lele lokal mempunyai senjata berupa patil yang mengandung racun berbahaya. Racun ini bisa membunuh mangsanya dan membuat bengkak jika pada manusia.
2. Ikan Lele Dumbo
Lele dumbo bukanlah jenis lele asli Indonesia. Ikan lele ini pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1985 dari Taiwan. Dan langsung menjadi favorit bagi para pembudidaya karena pertumbuhannya yang cepat dan berbadan bongsor.
Habiat asli lele dumbo berasal dari perairan Kenya, Afrika. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan lele dumbo adalah hasil persilangan dari ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan lele asal Afrika Clarius Mosambicus.
Ciri-ciri fisik ikan lele dumbo bisa dilihat dari warna kulitnya yang berwarna hitam kehijauan. Patil pada lele dumbo lebih ramah bila dibandingkan dengan lele lokal. Saat stress, kulit lele dumbo akan berubah menjadi bercak-bercak hitam / putih, namun akan kembali seperti semula jika stressnya sudah hilang.
Ikan lele dumbo sangat cocok dibudidayakan di koalm tanah karena tidak mempunyai kebiasaan membuat lubang. Walaupun ikan lele dumbo memiliki tubuh yang besar dibanding lele lokal, soal rasa daging lele dumbo masih kalah dengan lele lokal.
3. Ikan Lele Sangkuriang
Ikan lele sangkuriang dilepas secara resmi oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004. Lele sangkuriang lahir karena adanya kekhawatiran para petani akan menurunnya kualitas lele dumbo. Penurunan ini disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan bibit secara terus menerus.
Hingga akhirnya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi pada tahun 2002 mengupayakan untuk mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik.
Nama sangkuriang diambil dari kisah rakyat Jawa Barat tentang seorang anak bernama Sangkuriang yang menikahi ibu kandungnya sendiri. Hal ini juga yang dilakukan oleh BBPAT untuk menghasilkan ikan lele sangkuriang.
BBPAT mengawinkan indukan betina lele dumbo generasi ke dua/F2 dengan lele dumbo jantan F6. Indukan jantan ini merupakan anak dari lele betian F2.
Dari hasil perkawinan ini, BBPAT menemukan sifat-sifat unggul seperti kemampuan menghasilkan 40.000-60.000 butir telur per sekali pemijahan.
Sangat jauh sekali bila dibandingkan dengan kemampuan ikan lele lokal yang hanya mamou bertelur 1.000-4000 butir. Kelebihan lain, lele sangkuriang lebih tahan terhadap penyakit, bisa dipelihara di air minum dan rasa daging yang lebih baik.
Kelemahannya adalah induk lele sangkuriang tidak bisa di benihkan lagi. Jika dibenihkan maka kulitasnya akan turun. Jadi peternak harus melakukan persilangan balik untuk mendapatkan benih yang baru.
4. Ikan Lele Phyton
Tidak seperti jenis lele lainnya yang ditemukan dari hasil penelitian, ikan lele phyton malah ditemukan oleh para peternak lele dari Pandeglang, Banten pada tahun 2004.
Ikan ini merupakan hasil persilangan dari induk lele bekas Thailand F2 dengan induk lele lokal. Namun tidak diketahui jenis dari indukannya dan dari generasi berapa indukan lele lokalnya.
Namun ada beberpa sumber yang mengatakan bahwa lele phyton berasal dari induk betina eks Thailand F2 dengan induk jantan dumbo F6.
Ikan lele phyton mempunyai keunggulan diantaranya tingat kelangsungan hidup lebih dari 90%, kuat terhadap cuaca dingin dan Food Convertion Ratio (FCR) mencapai 1% yang artinya 1 kg pakan bisa menghasilkan 1 kg daging yang dihitung mulai dari benih ditebar sampai panen dimana siklusnya pemeliharaan 50 hari.
Penemuan varietes lele phyton awalnya didasari oleh peternak Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang yang selalu mengalami kerugian ketika membeli benih lele yang sudah ada di pasaran, misalnya lele dumbo.
Benih tersebut ternyata tidak cocok dengan kondisi iklim Desa Banyuundu yang dingin. Dengan melakukan trial and error, mereka akhirnya menemukan varietes lele yang pas untuk diternak di Desa mereka.
Ikan lele phyton memiliki bentuk kepala mirip dengan ular phyton. Gerakannya lincah dan rasa dagingnya gurih.
5. Ikan Lele Mutiara
Penurunan kualitas benih ikan lele yang umum (lele dumbo), membuat beberapa pihak melakukan kegiatan penyilangan benih untuk mendapatkan varietes lele yang unggul.
Salah satunya adalah Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang dipimpin oleh Bambang Iswanto. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 hingga 2014. Selama 4 tahun, mereka akhirnya berhasil melahirkan varietes unggul ikan lele yang diberi nama Mutiara. Merupakan akronim dari MUtu tinggi TIAda taRa.
Ikan lele mutiara memiliki banyak keunggulan dari jenis lele lain, di antaranya:
Efisiensi pakan lebih tinggi
Tingkat FCR ikan lele mutiara sebesar 0,8-1,1. Dengan demikian hasilnya juga akan meningkat. Menggunakan benih ikan lele mutiara bisa meningkatkan efisiensi pakan hingga 10% sehingga perbandingan usahanya meningkat menjadi sekitar 30-60%.
Waktu pembesaran lebih singkat
Dalam waktu 2-3 bulan, benih ikan lele mutiara sudah bisa dipanen dengan ukuran 6-9 ekor/kg. Benih lele mutiara juga mempunyai tingkat hidup yang tinggi.
Produktivitas hasil panen meningkat
Benih ikan lele mutiara yang ditebar pada kolam yang sama dengan jenis lele lain akan menghasilkan hasil panen sekitar 700-900 kg.
Itulah ke lima ikan lele yang sering dibudidayakan di Indonesia. Semoga bisa menambah wawasan kamu.
Baca juga: 10 Jenis Ikan Arwana dari Seluruh Dunia Beserta Daftar Harganya
Dear Admin
Mohon di infokan tempat penjualan bibit lele mutiara dan lele phyton Di daerah tangerang
Terima kasih