Burung Hantu Putih – Burung hantu merupakan salah satu hewan nokturnal yang berperan sebagai predator di alam. Hewan ini memiliki banyak jenis di mana salah satunya adalah Tyto alba atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama serak jawa atau burung hantu putih.
Burung hantu jenis ini juga memiliki banyak julukan lain seperti burung hantu kerdil, burung hantu emas,burung hantu perak, burung hantu muka monyet, burung hantu cantik, burung hantu malam, burung hantu pemekik, dan burung hantu tikus.
Ciri-ciri Burung Hantu Putih dan Perbedaannya
Ciri-ciri burung hantu putih atau serak jawa yang paling menonjol adalah bagian wajahnya yang berbentuk hati dan ditutupi bulu warna putih. Bagian wajah ini agak menonjol sehingga burung hantu ini tampak seperti memakai topeng.
Serak jawa memiliki bulu yang berwarna abu-abu pada bagian atas tubuh, sementara tubuh bagian bawahnya berwarna putih dengan sedikit bintik hitam. Pada bagian sayap dan punggung burung ini terdapat bintik-bintik yang warnanya lusuh.
Tyto alba memiliki iris berwarna hitam pekat dengan bintik-bintik coklat di tepi lingkar mata, sementara kakinya berwarna putih kekuningan. Tubuh serak jawa jantan dan betina memiliki sedikit perbedaan di mana tubuh burung betina sedikit lebih besar dari burung jantan yang akan diperjelas dengan uraian berikut.
-
Panjang tubuh
Tubuh burung hantu putih jantan lebih kecil dibanding tubuh burung betina dan panjang tubuhnya pun sedikit lebih pendek.
Umumnya, panjang tubuh serak jawa jantan berkisar antara 32 hingga 38 cm, sedangkan tubuh burung betina sedikit lebih panjang yaitu sekitar 34 hingga 40 cm.
-
Panjang sayap
Sama seperti panjang tubuh burung hantu jenis Tyto alba atau serak jawa jantan dan betina yang perbedaannya tidak terlalu jauh, panjang sayap serak jawa jantan dan betina pun sama.
Perbedaan panjang sayap di antara keduanya hanya sekitar 3 cm di mana panjang sayap serak jawa betina sedikit lebih panjang dari panjang sayap burung jantan, yaitu sekitar 110 cm.
-
Berat tubuh
Dari perbedaan ukuran tubuh burung hantu putih jantan dan burung hantu betina, berat tubuh keduanya pun berbeda. Meski begitu, dengan perbedaan yang tidak terlalu besar, berat tubuh serak jawa jantan dan betina pun tidak berbeda jauh, hanya sekitar 100 gram.
Kisaran berat tubuh burung hantu Tyto alba jantan adalah 470 gram, sementara berat tubuh burung betina sekitar 570 gram. Dengan ukuran tubuh mungil dan berat tubuhnya yang ringan, tidak aneh jika burung hantu ini mendapat julukan burung hantu kerdil.
-
Bercak
Corak pada bulu berupa bintik-bintik gelap merupakan salah satu ciri dari burung hantu putih. Pada burung hantu betina, corak berupa bintik-bintik itu jumlahnya lebih banyak dibanding corak bintik pada burung hantu jantan. Selain itu, jumlah bintik hitam tersebut juga lebih banyak pada anakan burung hantu ini.
Cara Burung Hantu Putih Berburu Mangsa
Selain ciri khas fisik yang dapat dilihat secara langsung, burung hantu serak jawa atau Tyto alba juga memiliki ciri khas lain yang tidak bisa ditemukan pada jenis-jenis burung hantu yang lain, yaitu cara berburunya.
Burung hantu yang satu ini memiliki metode berburu yang amat khas di mana ia selalu berburu dalam kesunyian. Maksudnya, setiap binatang yang diincar oleh burung hantu ini sama sekali tidak sadar kalau mereka sedang diincar sebagai mangsa karena burung hantu ini memiliki beberapa kelebihan berikut.
-
Mampu terbang tanpa suara
Salah satu kelebihan burung hantu putih atau serak jawa adalah kemampuannya untuk tebang tanpa suara.
Kemampuan ini didapatkan karena burung hantu ini memiliki sayap yang lapisannya seperti beludru. Tepi sayap burung hantu ini juga dilengkapi dengan jumbai-jumbai halus.
Dengan bulu-bulu sayap yang seperti itu, suara kepakan burung serak jawa dapat diredam dengan sempurna. Karena hal inilah mereka mampu terbang tanpa suara sehingga membuat sang mangsa tidak menyadari kalau sedang diincar.
-
Sistem penglihatan yang baik
Selain memiliki kemampuan terbang tanpa suara, burung hantu Tyto alba juga memiliki sistem penglihatan yang sangat baik. Bola mata burung hantu ini menghadap ke depan dan kedudukannya tepat. Sifat penglihatan yang seperti ini membuat mata serak jawa mampu melihat seperti binokuler serta stereoskopik.
Mata serak jawa juga mampu menangkap cahaya meski intensitasnya sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena burung hantu ini dibekali dengan ukuran pupil yang sangat besar serta retina yang memiliki sel-sel sensitif. Akibatnya, mata burung hantu jenis ini mampu melihat secara monokromatik.
Jika dibandingkan dengan penglihatan manusia, kemampuan melihat serak jawa di tempat gelap bisa mencapai 3 hingga 4 kali lipat lebih baik.
Selain mata yang tajam, leher burung hantu jenis ini juga sangat fleksibel di mana mampu berputar dalam empat arah yang berbeda hingga 270 derajat yang mampu mendukung mereka dalam mencari mangsa.
-
Pendengaran yang amat peka
Untuk mendukung kemampuan berburu, telinga burung hantu putih tidak sama seperti telinga manusia. Posisi telinga burung hantu ini tidak sama, yaitu ada yang tinggi dan ada yang rendah.
Lubang telinga serak jawa juga ditutupi lapisan fleksibel di mana susunannya terdiri dari bulu-bulu pendek seperti halnya bulu yang melingkari bagian wajah. Fungsi dari lapisan bulu tersebut adalah sebagai reflektor suara atau keping pemantul.
Karena fitur tersebut, sistem pendengaran burung hantu Tyto alba menjadi sangat peka sehingga burung hantu ini mampu mendeteksi lokasi mangsa dengan tepat dari segi jarak maupun arah meski dalam keadaan gelap.
5 Fakta Penting Tentang Burung Hantu Putih
-
Habitat dan persebaran
Burung hantu putih atau Tyto alba mendiami daerah yang berada di tepi hutan, lahan budidaya, bahkan taman kota di mana umumnya, mereka senang mendiami daerah yang memiliki banyak pepohonan dengan ketinggian mencapai 1.600 mdpl. Walau begitu, serak jawa juga sering terlihat sedang bertengger di dahan yang rendah.
Dibanding jenis-jenis burung hantu yang lain, burung hantu jenis ini paling luas persebarannya karena dapat ditemukan di seluruh benua, kecuali Benua Antartika. Burung hantu Tyto alba ini tersebar di Eropa, Inggris Raya, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, bahkan Australia dan Tasmania.
Serak jawa sering bertengger di pepohonan untuk mencari mangsa, tetapi di siang hari biasanya mereka berdiam di lubang pohon, sumur, gua, pohon berdaun lebat, bahkan bangunan tua.
-
Mangsa
Mangsa atau makanan burung hantu Tyto alba adalah daging hewan-hewan kecil seperti kadal, tikus, atau bahkan ular karena burung ini termasuk karnivora.
Saat makan, burung hantu ini akan langsung menelan mangsanya secara utuh. Cara ini biasa mereka lakukan jika ukuran mangsanya kecil. Namun, jika mangsanya besar, serak jawa akan membagi tubuh mangsanya menjadi ukuran yang lebih kecil hingga mangsa tersebut dapat ditelan seluruhnya.
Daging serta bagian tubuh yang lunak dari mangsa tersebut akan dicerna oleh sistem pencernaan, sementara bulu serta tulang-tulang mangsanya akan dimuntahkan dalam bentuk pelet. Proses memuntahkan pelet ini akan dilakukan oleh burung hantu putih secara berkala.
- Perilaku berburu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, burung hantu Tyto alba atau serak jawa memiliki indra penglihatan dan indera pendengaran yang amat tajam.
Selain itu, struktur bulu pada sayap mereka juga mampu meredam suara sehingga burung hantu jenis ini mampu berburu tanpa diketahui oleh mangsa.
Dengan kemampuan yang dimiliki, burung hantu jenis ini lebih mengandalkan indra mereka saat berburu dibanding kecepatan menerkam mangsa.
Kemampuan mereka untuk terbang tanpa suara juga ikut berperan penting dalam proses perburuan serta perilaku berburu burung hantu ini.
- Perilaku kawin
Selain habitat, mangsa, dan perilaku berburu, fakta penting yang tidak kalah penting untuk dibahas dari Tyto alba atau serak jawa adalah perilaku kawin mereka di mana burung hantu ini ternyata dapat hidup bersama lebih dari satu pasangan. Fakta ini didapat melalui penelitian sehingga tidak perlu diragukan lagi.
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa burung hantu Tyto alba jantan dapat memiliki lebih dari satu pasangan di mana jarak sarang antara satu pasangan dengan pasangan lainnya kurang dari seratus meter.
Dengan jarak sarang yang begitu dekat, dapat disimpulkan bahwa perpecahan jarang terjadi pada burung hantu Tyto alba atau serak jawa yang memiliki pasangan lebih dari satu.
Burung hantu jenis ini dapat kawin dua kali dalam setahun di mana telur yang dihasilkan serak jawa betina biasanya sekitar 3 hingga 6 butir. Namun, ada juga burung hantu betina yang mampu menghasilkan telur hingga 12 butir dalam waktu 2 hari.
Telur burung hantu Tyto alba atau serak jawa berwarna putih dengan bentuk bulat oval. Panjang telur burung hantu ini sekitar 38 hingga 46 mm dengan lebar sekitar 30 hingga 35 mm. Burung hantu jenis ini akan mengerami telur mereka dalam jangka waktu 30 hingga 34 hari sampai menetas.
Telur burung hantu ini dapat keluar dalam waktu yang berbeda sehingga waktu penetasannya pun berbeda. Akibatnya, ukuran anak burung hantu serak jawa atau Tyto alba ini pun akan berbeda-beda.
Umumnya, anakan burung serak jawa yang paling akhir menetas atau paling kecil akan mati. Mirisnya, anakan burung yang paling kecil ini sering dibunuh dan menjadi korban kanibalisme indukan atau anakan burung yang lebih tua atau ukuran tubuhnya lebih besar.
- Masa hidup
Burung hantu putih atau serak jawa memiliki harapan hidup sekitar 4 hingga 4,5 tahun di alam liar. Setelah menetas, anakan burung hantu yang mampu bertahan hidup akan menjadi burung hantu muda dan meninggalkan induknya setelah berusia 2,5 hingga 3 bulan dan mencari tempat baru.
Di usia 8 bulan, burung hantu muda tersebut akan mencari pasangan hidupdan akan terus berkembang biak setiap 4,5 hingga 5,5 bulan sekali. Namun, meski dapat bertelur hingga 12 butir dalam sekali kawin, keberhasilan penetasan telur sangat tergantung dari ketersediaan makanan di alam.
Jika kondisinya sedang rawan pangan, indukan burung hantu akan menghabiskan waktunya untuk mencari makan dibanding mengerami sehingga banyak telur yang gagal menetas.