Bagi saya pribadi, Mesir merupakan tanah air kedua setelah Indonesia. Ada banyak hal dari Mesir yang membuat ia dikenang oleh orang yang pernah menyambanginya. Mulai dari suasana kehidupan hingga tradisi keilmuan.
Bagaimana mereka memuliakan Al-Quran, mengaplikasikan nilai-nilai yang mereka pelajari dari Al-Quran. Kemudian tradisi saling mengingatkan antar individu dalam hal ketaatan juga terasa, salah satu contohnya sebagaimana yang telah saya ceritakan pada tulisan yang lalu.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan kepada anda pengalaman saya menjalani puasa Ramadhan di Mesir. Semoga bisa melepas dahaga bagi yang pernah merasakan dan menambah wawasan bagi yang belum. Tulisan ini bersifat sangat subyektif, benar-benar pengalaman saya, termasuk didalamnya apa yang saya lihat, dengar, rasakan dan alami. Semoga bermanfaat!
Bulan Suci Ramadhan di Mesir
Bulan suci Ramadhan di Mesir merupakan bulan yang paling ditunggu oleh pelajar asing seperti saya. Ada banyak hal yang menjadi alasan bulan suci Ramadhan sangat ditunggu kehadirannya. Alasan-alasan ini sebagian bersifat keduniawian, sebagian lagi bersifat ukhrowian atau keakhiratan.
Tanpa menunggu lama, saya akan langsung mencoba mengulas dengan jelas dalam beberapa sub-bab mengenai bagaimana sih bulan suci Ramadhan di negrinya para nabi itu? Berbedakah dengan kita di Indonesia? Apa saja yang menarik ketika menjalani puasa di sana? Siap-siap ya..hehe
Suasana Ramadhan
Dalam menjalankan ibadah puasa, secara tata cara dasar orang Mesir tidak jauh berbeda dengan semua muslimin di dunia. Mereka bersantap sahur dan berbuka, sama seperti kita. Hanya yang berbeda adalah suasana ketika bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan.
Pernah merasakan sholat subuh di masjid yang penuh dengan jamaah? Atau pernah merasakan satu bulan tidak membeli bukaan karna sudah ada yang menyediakan? Mungkin di tanah suci Makkah seperti itu, tapi itu bisa dimaklumi, karena Makkah selalu dikunjungi oleh manusia dari berbagai penjuru dunia untuk beribadah, lain halnya dengan Mesir. Mereka rata-rata penduduk asli sana.
Tapi itu semua ada dan terjadi di Mesir. Pelaksanaan sholat subuh berjamaah selalu penuh oleh jamaah ketika bulan Ramadhan. Dari yang tua hingga anak-anak, semua ikut meramaikan sholat subuh berjamaah di masjid.
Awal saya melihat fenomena ini, sempat terbesit dalam pikiran “ah paling hanya awal saja, nanti juga biasa lagi”, kenyataannya ternyata tidak, mereka tetap istiqomah seperti itu, walaupun ada sebagian kecil yang menghilang, tapi itu tidak terlalu berpengaruh. Kemudian saya membatin, seharusnya Indonesia bisa seperti ini, tidak hanya ramai dalam perayaan tetapi juga dalam aplikasinya sehari-hari. Semoga!
Hal lain yang menarik hati saya ketika Ramadhan tiba adalah, orang Mesir menjadi sangat dermawan. Sangat-sangat dermawan malah. Sudah saya singgung sedikit pada tulisan saya sebelumnya tentang ini. kali ini akan saya ceritakan lebih detil lagi.
Yang pertama dalam hal menyediakan makan untuk berbuka. Banyak sekali masjid yang menyediakan tempat untuk berbuka secara gratis. Bahkan dijalan-jalan banyak orang yang membangun semacam terop untuk orang yang ingin berbuka secara gratis. Mereka tidak membatasi orang yang datang, siapa saja yang ingin makan maka langsung diberi selagi masih ada stoknya.
Untuk menu makan juga tidak sembarangan. Setiap hari kita disediakan daging dan ayam, kadang ampela yang sudah diolah. Tinggal pilih mana yang kamu suka. Ibarat kata, kamu hanya tingal datang, ikut sholat maghrib berjamaah di masjid dan kamu bisa makan gratis. Yang luar biasanya ini berjalan satu bulan penuh. Enak ya? setiap bulan Ramadhan tiba kita hanya tinggal modal masak sahur, berbuka sudah ada yang menyediakan. hehe
Durasi Puasa
Mesir termasuk negara yang mengalami 4 pergantian musim setiap tahunnya. 5 tahun belakangan bulan Ramadhan jatuh pada musim panas, yang artinya jarak waktu sahur dengan berbuka sangat jauh. Sempat saya hitung kemarin, puasa musim panas rata-rata 15-16 jam. Berbeda dengan Indonesia tentunya, disini kita selalu puasa sekitar 12 jam.
Ini juga menjadi cerita tersendiri bagi pendatang seperti saya. Musim panas di daerah padang pasir tidak seperti musim panas di daerah tropis layaknya Indonesia. Sangat berbeda dari segi suhu dan hawa udara, kelembapan juga sangat minim. Saya seperti masuk di ruangan raksasa yang panas angin dan hawanya tetapi tidak terlalu membuat keringat mengucur.
Musim panas di Mesir suhu rata-rata per-harinya sekitar 37-41 derajat celcius, yang pada puncaknya nanti biasanya mencapai angka 45 derajat celcius. Sekedar informasi saja, pada suhu yang tinggi seperti itu, manusia sangat rentan terhadap dehidrasi. Lumayan banyak saya dapati kasus orang yang tidak sadarkan diri akibat kekurangan air, baik di kendaraan umum atau dijalanan, yang fatalnya apabila tidak ditangani dengan benar bisa berujung kematian.
Nah cara termudah dan paling jitu untuk menghindari dehidrasi adalah dengan membawa air ketika bepergian. Di Mesir bukan seperti Indonesia yang di mana-mana mudah didapati kamar mandi atau toilet, di sana karena geografisnya padang pasir, kamar mandi adalah barang langka untuk ditemui.
Saya kira ulasan kali ini cukup, semoga semakin menambah wawasan anda akan pernak-pernik kehidupan di Mesir. Pada tulisan selanjutnya insyaAllah saya akan membahas lebih rinci tentang kedermawanan orang Mesir ketika bulan Ramadhan. see u tomorrow .