Setiap perjalanan pasti ada akhir, setiap perjuangan pasti ada hasil, setia pengorbanan pasti dapat ganti. Begitulah sunnatullah yang pasti berlaku bagi semua makhluk. Ada yang menyesal, ada yang bergembira, ada juga yang biasa-biasa saja. Semua tergantung dengan dirinya.
Satu hal yang harus disadari betul adalah, apapun hasilnya, apapun akhirnya, itu semua adalah kehendak Allah SWT yang maha kuasa atas segala sesuatu, yang mengetahui apa-apa yang baik bagi dirinya melebihi dirinya sendiri. Seringkali kita tersadar akan hikmah yang ada dibalik kehendak Allah ketika kita sudah berprasangka buruk pada-Nya.
Maka apalah daya seorang manusia di hadapan ke mahabesaran tuhannya. Tidak ada bandingannya dan tidak akan pernah sebanding dengan apapun.
Pada kesempatan ini, saya akan membahas sedikit kiat setelah menghadapi ujian, yang mana ini berdasarkan pengalaman pribadi saya menghadapi ujian Al-Azhar. semoga bermanfaat.
Selalu Bersyukur
Saya berkeyakinan bahwa bersyukur adalah hal yang sangat urgent untuk dilakukan setiap makhluk yang bertuhan kepada Allah SWT. Sayangnya banyak orang diluar sana yang tidak pandai bersyukur bahkan seringkali mengingkarinya. Ini bukan perkara main-main. Ini adalah tentang pembuktian akan pengakuan kita.
Begitu juga dalam ujian Al-Azhar ini, saya selalu berusaha untuk bersyukur atas apa yang telah Allah beri kepada saya, entah itu hasil yang bagus atau jelek. Saya sadar betul bahwa kemudahan saya dalam menjawab soal, kemampuan saya mengikuti ujian dari awal hingga akhir, kesehatan yang Allah beri, itu semua adalah berkat pertolongan Allah.
Maka sangat sombong apabila setelah selesai dari suatu pekerjaan tidak bersyukur pada Allah.
Di Al-Azhar, hal yang paling mendebarkan adalah saat ketika menunggu pengumuman ujian. Semua jerih payah dan usaha akan terlihat hasilnya. biasanya banyak yang tidak percaya dengan hasil yang didapat karena merasa sudah berusaha dengan sekuat tenaga, tapi ya itu tadi, kembali kepada pembahsan awal, bahwa semua ini adalah kehendak dari Allah SWT.
Evaluasi Diri
Perkara yang baik adalah perkara yang sering dievaluasi, perkara yang selalu dibenahi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga dengan diri kita. Pribadi kita adalah sesuatu yang harus selalu dievaluasi, harus selalu dibenahi agar bisa menjadi lebih baik dari pribadi sebelumnya.
Dalam ujian al-Azhar ini, evaluasi adalah hal yang mutlak diperlukan jika ingin mendapat nilai lebih baik dari sebelumnya. Barometer yang dipakai adalah hasil dari ujian tersebut. Apabila hasilnya bagus dengan usaha yang telah dilakukan, maka kedepannya hanya tinggal mempertahankan pola, begitu juga sebaliknya.
Contoh sederhana, misalnya ketika ujian mata kuliah bahasa arab kita merasa kesusahan, maka yang perlu dievaluasi adalah, sudahkah kita belajar dengan benar? sudahkah kita mendekatkan diri pada Allah? atau ternyata kita meremehkan mata kuliah tersebut karena merasa sudah bisa.
Intinya adalah, apapun yang telah kita lakukan, apapun hasil yang kita dapatkan jangan lupa mengevaluasi diri, takut-takut kita ada salah niat, salah melangkah, salah mengambil keputusan. Karena apapun itu, dengan evaluasi kita menjadi tahu letak masalah dan cara menyelesaikannya.
Tawakkal pada Allah
Tahap ini adalah tahap akhir dari setiap apa yang kita usahakan. Setelah berusaha, setelah melakukan evaluasi, setelah membenahi. Rumus dasarnya masih sama dengan yang awal tadi, bahwa semua terjadi adalah atas kehendak dan kuasa Allah SWT, maka hendaknya mengembalikan segala sesuatu hanya kepada-Nya.
Sikap ini menurut saya penting, karena sikap tawakkal ini akan selalu mengingatkan kita keberadaan Allah SWT, sehingga nantinya, insyaAllah kita terhindar dari sifat orang-orang yang menyekutukan Allah SWT. Orang-orang yang meyakini semua terjadi atas jerih payahnya, tanpa campur tangan Allah didalamnya. Na’udzubillah.
Saya cukupkan disini, semoga tulisan pendek ini ada manfaatnya bagi kita.